STUDI
KARAKTERISASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI DESA MALIWOWO KECAMATAN ANGKONA KABUPATEN
LUWU TIMUR BERDASARKAN UJI X-RAY
DIFFRACTION (XRD)
Nurlaela,
Muh. Said L dan Iswadi
Jurusan Fisika
Fakultas sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
Email: Nurlaelaphysics@gmail.com
Abstract: Research has been conducted in Maliwowo village, Angkona
sub-district, East Luwu district, which aims to determine the mineral content
and crystal structure of the soil in Maliwowo village, Angkona sub-district,
East Luwu district. The method used in this study is the sampling technique
carried out with five different points with a depth of 90 cm each. The results
of X-Ray Diffraction (XRD) analysis showed that the minerals contained in
sample A were 54,5% ,ite kaolinite 24,2% and 21,3% merrilite with successive
crystal structures, namely monoclinic, triclinic and trigonal. The sample point
B is illite 43,7%, albite 39,8% and merillite 16,5% with successive monoclinic,
triclinic and trigonal crystal structures. The sample point C illite 47,9%,
kaolinite 28,6% and feldspar 23,5% with crystal structures mononlinic, triclinc
and monoclinic respectively. The point D sample was 53.7% ,ite albite 33.9% and
12.4% feldspar with monoclinic, triclinic and monoclinic crystal structures.
The sample point E illite 54.4%, feldspar 27.7% and merrilite 17.9% with
successive crystalline structures namely monoclinic, triclinic and trigonal.
Keywords: Landslide, Crystal structure, XRD
1.
PENDAHULUAN
Longsor atau sering disebut gerakan tanah
merupakan suatu peristiwa geologi yang terjadi karena adanya gerakan massa
batuan atau tanah. Tanah longsor juga dapat diartikan sebagai peralihan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Mekanisme tanah
longsor dapat terjadi apabila air menembus sampai tanah kedap air yang
berfungsi sebagai bidang gelincir, sehingga tanah akan menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Tanah
longsor umumnya terjadi di kawasan pegunungan [1].
Bencana
tanah longsor adalah bencana yang sering terjadi dan tidak jarang bencana
tersebut menelan korban jiwa serta menimbulkan banyak kerugian material.
Bencana ini sering terjadi pada kawasan perbukitan. Faktor utama yang
menyebabkan terjadinya tanah longsor (gerakan tanah) adalah kondisi alam dan
aktivitas manusia. Faktor alam yang menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah
antara lain curah hujan yang tinggi, kondisi tanah, batuan, dan vegetasi [2].
Faktor internal dapat menyebabkan
terjadinya gerakan tanah adalah daya ikat tanah atau batuan yang lemah sehingga
butiran tanah dan batuan terlepas dari ikatannya. Pergerakan butiran ini dapat
menyeret butiran lainnya yang ada disekitar sehingga membentuk massa lebih
besar, sedangkan faktor eksternal dapat memicu dan memepercepat terjadinya
gerakan tanah diantaranya sudut kemiringan lereng, curah hujan, perubahan
kelembababn tanah. keberadaan air dapat dikatakan sebagai faktor dominan
penyebab terjadinya pergerakan tanah, karena hampir sebagian besar kasus kelongsoran
melibatkan air didalamnya [3].
Tanah lempung adalah tanah dengan
kandungan partikel halus dan nilai indeks plastisitas tinggi. Plastisitas tanah
lempung diakibatkan adanya mineral lempung yang bersifat mengikat air. Secara
teknis tanah lempung memiliki daya dukung rendah, penurunan besar dan kembang
susut tinggi [4].
Suatu
karakteristik umum dari semua gelombang dan bisa juga didefinisikan sebagai
bentuk modifikasi dari sinar atau gelombang lainnya yang berinteraktif dengan
suatu objek yang disebut sebagai difraksi. Difraksi sinar X-Ray Diffraction (XRD) bisa dimanfaatkan untuk meneliti struktur
kristal, dalam hal ini berkas-berkas sinar-X dipantulkan oleh bidang-bidang
kristal sehingga membentuk pola-pola difraksi [5].
Analisa X-Ray Diffraction (XRD) dimanfaatkan
untuk mengkarakteristik kehadiran senyawa dengan cara mengamati pola pembiasan
cahaya sebagai akibat dari berkas cahaya yang dibiaskan oleh material yang
mempunyai susunan atom pada kisi kristalnya [6].
2.
METODE
PENELITIAN
Sampel
yang digunakan berasal dari desa Maliwowo kecamatan Angkona kabupaten Luwu
Timur. Metode pengambilan sampel dengan lima titik koordinat yang berbeda
dengan masing-masing kedalaman sampel tanah 90 cm. Preparasi sampel dimulai
dengan cara mengeringkan sampel tanah menggunakan microwave (Oven) dengan suhu 1000 C selama 100 menit.
Kemudian menumbuk sampel dengan mortar kemudian memasukkan sampel kedalam
ayakan dengan ukuran butir ayakan 170 mesh.
Setelah sampel menjadi halus maka sampel siap di uji X-Ray Diffraction (XRD) dan akan menghasilkan grafik difraktogram.
Kemudian grafik difraktogram inilah yang kemudian dianalisis untuk diketahui
kandungan mineral dan struktur kristalnya dengan bantuan software search and match.
3.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Hasil
analisis sampel berdasarkan uji X-Ray
Diffraction (XRD) dapat dilihat pada grafik difraktogram sebagai gambar
sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik difraktogram sampel A
Gambar
2. Grafik
difraktogram sampel B
Gambar
3. Grafik
difraktogram sampel C
Gambar
4. Grafik
difraktogram sampel D
Gambar 5. Grafik difraktogram sampel E
Kandungan mineral dari
setiap sampel
Dari
hasil analisis grafik difraktogram menggunakan match akan dihasilkan kandungan mineral setiap sampel sebagai
berikut:
Tabel 1
Nama
Sampel
|
Kandungan
Mineral
|
Senyawa Mineral
|
Persentase
kandungan Mineral (%)
|
Sampel
Titik A
|
Illite
|
Al4 K O12
Si2
|
54,5
|
Kaolinite
|
Al2 H4
O9 Si2
|
24,2
|
Merrillite
|
Ca9 Fe0.2
Mg0.8 Na0.23 O28 P6.24
|
21,3
|
Sampel
Titik B
|
Illite
|
Al2
H2 K O12 Si4
|
43,7
|
Albite
|
Al
Na O8 Si3
|
39,8
|
Merrillite
|
Ca9
Fe0.2 Mg0.8 Na0.23 O28 P6.24
|
16,5
|
Sampel
Titik C
|
Illite
|
Al2 H2 K O12 Si4
|
47,9
|
Kaolinite
|
Al2 H4 O9 Si2
|
28,6
|
Feldspar
|
Al1.9 O8 Si2.1 Sr
|
23,5
|
Sampel
Titik D
|
Illite
|
Al4
K O12 Si2
|
53,
7
|
Albite
|
Al
Na O8 Si3
|
33,
9
|
Feldspar
|
Al2
O8 Pb0.5 Si2
|
12,
4
|
Sampel
Titik E
|
Illite
|
Al4
K O12 Si2
|
54,4
|
Feldspar
|
Al2Ca0.2O8Si2Sr0.8
|
27,7
|
Merrillite
|
Ca9
Fe0.2 Mg0.8 Na0.23 O28 P6.24
|
17,9
|
Dari tabel 1 diatas
menunjukan kandungan mineral yang mendominasi dari semua sampel adalah mineral illite. Mineral tersebut terdapat pada
semua sampel dengan persentase tertinggi yaitu 54,5%.
Hasil
struktur kristal tanah menggunakan X-Ray
Diffraction (XRD)
Berdasarkan hasil
analisis dari lima sampel dihasilkan struktur kristal tanah dengan X-Ray Diffraction (XRD) seperti pada
tabel 2 berikut:
Tabel 2
Nama
Sampel
|
Struktur
Kristal
|
Kandungan
Mineral
|
Senyawa
Mineral
|
Sampel
Titik A
|
Monoclinic
|
Illite
|
Al4 K O12
Si2
|
Triclinic
|
Kaolinite
|
Al2 H4
O9 Si2
|
Trigonal
|
Merillite
|
Ca9 Fe0.2
Mg0.8 Na0.23 O28 P6.24
|
Sampel
Titik B
|
Monoclinic
|
Illite
|
Al2
H2 K O12 Si4
|
Triclinic
|
Albite
|
Al
Na O8 Si3
|
Trigonal
|
Merillite
|
Ca9
Fe0.2 Mg0.8 Na0.23 O28 P6.24
|
Sampel
Titik C
|
Monoclinic
|
Illite
|
Al2 H2 K O12 Si4
|
Triclinic
|
Kaolinite
|
Al2 H4 O9 Si2
|
Monoclinic
|
Feldspar
|
Al1.9 O8 Si2.1 Sr
|
Sampel
Titik D
|
Monoclinic
|
Illite
|
Al4
K O12 Si2
|
Triclinic
|
Albite
|
Al
Na O8 Si3
|
Monoclinic
|
Feldspar
|
Al2
O8 Pb0.5 Si2
|
Sampel
Titik E
|
Monoclinic
|
Illite
|
Al4
K O12 Si2
|
Monoclinic
|
Feldspar
|
Al2Ca0.2O8Si2Sr0.8
|
Trigonal
|
Merillite
|
Ca9
Fe0.2 Mg0.8 Na0.23 O28 P6.24
|
Dari
tabel 2 di atas menunjukkan struktur kristal yang mendominasi dari semua sampel
adalah monoclinic. Struktur kristal monoclinic dengan perbandingan yang mana ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama yaitu pada sumbu b dan sumbu c namun
memiliki sumbu yang tegak lurus pada sumbu a terhadap sumbu b dan sudut
kristalografinya adalah .
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa kandungan mineral yang sering muncul adalah illite. Persentase kemunculan mineral illite pada setiap sampel dapat dilihat
dari grafik 1 sebagai berikut:
Pada lokasi titik pengambilan sampel,
titik yang memiliki persentase kandungan illite
yang paling tinggi yaitu pada titik A. Hal tersebut disebabkan karena
kondisi titik A mengalami rekahan sehingga kedalaman mineral semakin dalam.
Dari
analisis tersebut dapat dilihat bahwa didominasi jenis mineral untuk semua
sampel adalah illite. Illite adalah salah satu mineral lempung
yang memiliki struktur kristal monoclinic.
Mineral illite memiliki sifat kembang
susut soil yang meyebabkan parameter kuat geser akan sangat rendah ketika
kejenuhan oleh air, sehingga menyebabkan terjadinya gerakan tanah.
Mineral Merillite merupakan mineral yang memiliki kekuatan yang sangat
rapuh kemudian mineral Kaolinite merupakan
salah satu mineral lempung yang dapat menurunkan tingkat kestabilan lereng.
Mineral feldspar dan albit yang
terkandung pada sampel yang merupakan mineral penyusun yang mana ketika mineral
tersebut mengalami pelapukan kimia akan menghasilkan mineral lempung yang akan
berupa kaolinit dan illite. Adanya mineral tersebut yang
menyebabkan terjadinya gerakan tanah. mineral feldspar dan mineral albite tergolong
dalam mineral silikat.
Sebagaimana teori menjelaskan bahwa
tanah lempung merupakan tanah yang kurang padat, karena tanah ini memiliki kandungan
partikel. Lempung termasuk batuan rombakan (sedimen) yang dapat berupa endapan
residu ataupun endapan sedimen. Batuan sedimen yang berukuran pasir dan lempung
umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami
proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat
pada lereng yang terjal.
Berdasarkan keadaan geologi lokasi
tersebut terdiri dari batuan ultrabasic dan aluvial. Aluvial terdiri dari
pasir, kerikil, kerakal hingga boulder. Batuan ultrabasic berwarna abu-abu
kehitaman, kekerasan sedang dan telah mengalami pelapukan kimia akan berupa
lempung.
Berdasarkan teori faktor-faktor
penyebab terjadinya tanah longsor dan berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa daerah atau lokasi penelitian adalah daerah yang termaksud
daerah rawan longsor karena menunjukkan bahwa terdapat jenis mineral lempung
yang diperoleh dari setiap sampel sehingga dapat dikatakan bahwa jenis tanah
pada penelitian tersebut adalah tanah lempung. Sebagaimana teori mengatakan
bahwa tanah lempung adalah tanah yang kandungan partikelnya halus dan
plastisitas tinggi. Karena plastisits tanah lempung tinggi mengakibatkan adanya
mineral lempung yang mengikat air dan tanah lempung memiliki potensi terjadinya
tanah longsor terutama bila terjadi hujan.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur kristal sampel A sampai sampel E yaitu struktur monoclinic, struktur triclinic dan struktur trigonal. Struktur monoclinic adalah
struktur kristal dengan perbandingan yang mana ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama yaitu pada sumbu b dan sumbu c namun
memiliki sumbu yang tegak lurus pada sumbu a terhadap sumbu b dan sudut
kristalografinya adalah
.
Struktur triclinic adalah struktur kristal dengan
perbandingan a ≠ b ≠ c yang mana tiga
sumbu simetris yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus dan memiliki
sudut kristalografi α = β = γ ≠ 90o. Pada sisitem ini sudut α, β dan
γ tidak saling tegak lurus satu dan yang lainnya.
Struktur
trigonal adalah struktur kristal
dengan perbandingan sumbu a = b ≠ c, dimana panjang sumbu a dan b sama, namun
tidak sama dengan sumbu c yang sudut kristalografi α = β ≠ γ 900
> 120o. Pada sistem ini sudut α dan β saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120o terhadap sumbu γ.
PENUTUP
Kesimpulan
Kandungan mineral pada masing-masing
sampel yaitu illite, kaolinite, merillite, feldspar dan albite. Struktur kristal yang terdapat
pada masing-masing sampel yaitu triclinic, trigonal dan monoclinic.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
[2]Wijaya, Resky. 2017. Karakterisasi
Tanah Daerah Rawan Longsor Di Desa
Sawaru
Kecamatan Camba Kabupaten Maros Berdasarkan Uji X-Ray Diffraction (Xrd). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar.
[3]Darsono dkk. 20112. Identifikasi Bidang
gelincir Pemicu Bencana Tanah Longsor Dengan Metode Resistivitas 2 Dimensi Di
Desa Pablengan Kecamatan matesih Kabupaten karanganyar. Jurusan Fissika
fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal vol 2, no 1
[4]Widodo, teguh dan
Qosari. 2011. Efektifitas Penambahan Matos pada Stabilisasi Semen Tanah
Berbutir Halus. Jurnal Teknik
[5]Nukman. 2001.
Analisa Mineral Batubara
Tanjung Enim Dengan
Perangkat X-Ray 70 Flourecency
(XRF), X-rai Diffraction (XRD), PCPDFWin (Plus Pearson‟s Handbook) dan General
Structure Analysisi System (GSAS). Rekayasa
Mesin 3, no. 1.
[6]Agus. 2012. Struktur Kristal. Pengantar Fisika Zat Padat Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran.
Komentar
Posting Komentar