Review Buku-Semestapun Berthawaf (T. Djamaluddin)

Gambar
  Identitas Buku Judul Buku: Semesta pun Berthawaf Nama Penulis: T. Djamaluddin Nama Penerbit: Mizan Tahun Terbit Buku: Cetakan I, Maret 2018 Jumlah Halaman: 151 RIngkas Semesta pun Berthawaf T. Djamaluddin adalah pengarang dari buku berjudul Semesta pun Berthawaf yang mengungkapkan bahwa segala yang ada di bumi dan di langit mengenai fenomena-fenomena yang terjadi diintegrasikan dengan ayat-ayat Al-Qura’an. T Djamaluddin gemar membaca dan menulis semasa menjadi mahasiswa, ada sepuluh tulisan tentang astronomi dan islam dimuat dibeberapa koran dan majalah, serta buku kecil mentoring. Buku ini juga mengintegrasikan fenomena-fenomena yang terjadi dengan Al-Qur’an. Pengetahuan bukan untuk dicocokkan dengan Al-Quran, melainkan hanya untuk menjelaskan. Buku ini menjelaskan tentang pelangi harmoni dalam keberagaman, bagaimana memahami pola pikir manusia yang nisbi lewat matahari. Lubang hitam yang teraniaya, bintang kejora kemegahan dan keunggulan relative, apakah bumi itu dat

Makalah Geofisika Eksplorasi



Tugas Individu

GEOFISIKA EKSPLORASI


NAMA                       : NURLAELA
 NIM                            : 60400114032
                       
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2015/2016

GEOFISIKA EKSPLORASI

   A.    Pengertian Eksplorasi
Eksplorasi adalah kegiatan teknis ilmiah untuk mencari tahu suatu area, daerah, keadaaan , ruang yang sebelumnya tidak diketahui keberadaan akan isinya. Eksplorasi yang ilmiah akan memberikan sumbangan terhadap khazanah ilmu pengetahuan. Eksplorasi tidak hanya dilakukan disuatu daerah, dapat pula di kedalaman laut yang belum pernah dijelajah, ruang angkasa, bahkan wawasan alam pikiran (eksloration of the mind) (Koesoemadinata, 2000).
Sedangkan istilah eksplorasi menurut bahasa inggris dan belanda mempunyai 2 pengertian (Koesoemadinata, 2000) :
·         Melakukan perjalanan (di suatu kawasan yang tidak atau sedikit diketahui sebelumnya) untuk mempelajari gejala alam, penduduk, dan sebagainya.
·         Mempelajari secara rinci, memeriksa secara teliti, menyelidiki.
Menurut Thomas Kunh, 1962 dalam Koesoemadinata, 2000 dalam bukunya The structure of scientific revolution memberi pengertian bahwa  jika seseorang akan mencari sesuatu sadar/tidak sadar dia harus sudah mempunyai model yang dicarinya. Begitu juga bagi seorang geolog, harus sudah mempunyai bayangan model dan konsep dari eksplorasi. Selain itu juga harus mengetahui sistem yang efektif untuk melakukan kegiatan eksplorasi di suatu daerah yang dicari. Yang terakhir menentukan metoda untuk mencari dan melacak cebakan mineral, gejala – gejala geologi, dan sebagainya.
Eksplorasi    (exploration)    adalah     suatu     aktivitas   untuk   mencari   tahu (searching) atau perjalanan untuk mengungkap  (discovery)  keadaan suatu daerah, ruang  ataupun  suatu  wilayah  yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, baikfisik maupun non fisik (misalnya: pengetahuan). Sementara itu, objek geologi tidak terbatas pada cebakan mineral, batubara, minyak dan gas bumi. Objek geologi pula meliputi gejala atau fenomena yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Eksplorasi  mineral  secara  singkat  dibatasi  sebagai  proses  yang  dilakukan oleh suatu badan usaha, kemitraan atau korporasi dengan  tujuan  untuk  menemukan bijih   (konsentrasi   mineral   yang   bernilai   ekonomis) untuk ditambang.   Metode eksplorasi   dalam   eksplorasi   mineral adalah   metode eksplorasi yang secara fisik menentukan langsung ataupun tidak langsung keberadaan   suatu   gejala   geologi yang  dapat berupa tubuh suatu endapan mineral ataupun satu  atau  lebih  petunjuk geologi.
            Eksplorasi   sumber    daya    geologi    dimaksudkan   sebagai    usaha    untuk mengetahui  keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi mineral dan sumber daya   energi,   oleh   karena   itu   perlu   dilakukan   kegiatan   eksplorasi   untuk   dapat menentukan lokasi yang bersifat ekonomis dan layak untuk diolah (eksploitasi).
            Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).
   B.     Metode Eksplorasi Langsung
1.    Pemetaan







  







Pemetaan geologi [geological mapping] secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan atau proses yang dijalankan dalam rangka membuat peta geologi dari suatu daerah yang menjadi objek pemetaan. Perlu diketahui bahwa istilah pemetaan geologi dalam pengertian sempit sering hanya diartikan sebagai kegiatan atau proses penelitian lapangan yang dilakukan untuk membuat peta geologi. Walau demikian, menurut hemat penulis, sebaiknya kita memandang pemetaan geologi dalam pengertian yang luas mengingat dalam kenyataannya kita tidak mungkin akan dapat membuat peta geologi yang utuh tanpa melibatkan proses analisis yang biasanya hanya dapat dilakukan secara terbatas di lapangan.

Berbeda dengan apa yang mungkin diperkirakan oleh banyak orang, pemetaan geologi tidak dimaksudkan untuk menghasilkan peta geologi. Tujuan pemetaan yang sebenarnya adalah untuk memahami tatanan geologi daerah yang dipetakan. Pembuatan peta geologi hanyalah tahap pertama dari usaha untuk memperoleh pemahaman tersebut. Peta geologi merupakan sarana untuk memahami tatanan geologi daerah yang dipetakan. Pemahaman itu sendiri baru diperoleh setelah kita menafsirkan peta geologi tersebut. Inilah salah satu tahapan kegiatan pemetaan yang sangat jarang diungkapkan, apalagi dipraktekkan, oleh kebanyakan mahasiswa (dan dosen pembimbing sekalipun)










Pada saat pemetaan dapat dijumpai singkapan, singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan . Singkapan biasanya dapat dijumpai pada lembah-lembah sungai, dikarenakan terjadi erosi akibat dari aliran air sungai sehingga menyebabkan batuan tersingkap. Namun ada juga pada kondisi dimana batuan menonjol secara alami akibat gaya gaya endogen yang bersala dari dalam bumi atau karena gerakan atau gesekan kerak bumi. Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain adalah posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara). Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara. Penyebaran dan pola alterasi yang ada.
2.      Parit Uji 
Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda adalah bentuknya ; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang trapesium (lihat Gambar 3) dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan dengandragline atau hydraulic excavator (back hoe).




 


Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus 

 
 
terhadap jurus urat bijihnya (lihat Gambar dibawah ini).          Enching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4). Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui. Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
·         Terbatas pada overburden yang tipis,
·      Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),
·      Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
3.    Sumur Uji
            Pembuatan sumur uji atau test pit dimaksudkan untuk mendapatkan hasil lebih akurat dari pembuatan parit uji, sumur uji dibuat dengan menggali lubang sedalam 10 sampai 20 meter. Pada pembuatan sumur uji harus diperhatikan beberapa faktor, seperti adanya bongkahan bongkahan yang akan mempersulit dalam proses penggalian. Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah adanya air yang akan menyulitkan dalam proses penggalian dan pada proses pengamatan struktur batuan yang ada pada sumur uji yang telah dibuat. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, dan lain-lain.
    Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna (lihat Gambar 2). Tetapi bentuk penampang yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m.
Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan.

 

Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling (lihat Gambar 6.5). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur ujidapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar. Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·         Ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
·         Ketinggian muka airtanah,
·         Kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
·         Kekuatan dinding lubang, dan
·         Kekerasan batuan dasar.
4.    Pemboran Eksplorasi 
Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter kecil pada suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter untuk memperoleh data yang segnifikan.Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik adalah kondisi geologi dan topografi, tipe pemboran yang akan digunakan, spasi pemboran, waktu pemboran, dan pelaksana (kontraktor) pemboran.Informasi dari lubang bor dapat diperoleh dari beberapa sumber batuan, inti bor atau sludge, geofisika bawah permukaan; dan informasi dari hasil pemboran. Pada bagian ini akan lebih ditekankan pada pengamatan geologi.
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.
Quran Surat an Nahl, ayat 31, yang berbunyi :
Artinya:
“ ... apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang mengambilpelajaran”.
    Banyak sekali yang dapat kita petik dari alam ini, baik pemanfaatannya maupun hubungan timbal balik satu mahluk hidup yang satu dengan yang lain. Dan semuanya dalam keadaan yang seimbang. Sebagai agama ”wahyu” juga telah mengatur keberadaan sumber daya alam untuk kepemilikan, pemanfaatannya dan pengelolaan.


DAFTAR PUSTAKA
























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Struktur Bumi

Makalah Lengkap Pembuatan Power Supply

Laporan Kunjungan Ke BMKG